Tabibku Sudah Datang (2009)

Sayidina Abu Bakr ash-Shidq merupakan salah satu figur terbaik di dalam dunia Islam. Beliau adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang utama. Beberapa keutamaan Abu Bakr adalah salah satu dari sepuluh (10) orang pertama sekali yang beriman kepada kerasulan Nabi saw., sahabat pertama yang mempercayai peristiwa Isra dan Mi'raj-sementara sebagian sahabat yang lain terpengaruh hasutan rasionalitas Jahiliyah dan menolak Isra Miraj. Abu Bakr adalah sahabat yang mendampingi Nabi saw. berhijrah ke Madinah, sahabat yang memangku Nabi saw yang tertidur di dalam Gua Tsur dan menahan gerakan kakinya yang digigit ular agar tidak membangunkan Nabi saw-tetapi air matanya yang membuat Nabi saw akhirnya terbangun. Abu Bakr adalah sahabat yang menyumbangkan semua hartanya untuk jihad fi sabilillah lalu Nabi saw katakan, "Sisakan untukmu dan keluarga, wahai Abu Bakr," dengan santun Abu Bakr menjawab, "Cukuplah Allah dan RasulNya bagiku."


Beliau adalah sahabat yang bergembira ketika Nabi saw. hidup dan amat sangat bersedih akibat kematian Nabi saw. Mendengar berita kematian Nabi saw., beliau langsung menuju kamar Nabi saw., memastikan kebenaran berita kematian itu dengan hati-hati, lantas mencium kening Nabi saw dan berkata, "Betapa harumnya engkau ketika hidup demikian pula keharumanmu setelah meninggalkan kami."


Ketika umat Islam bergejolak mendengar berita kematian Nabi saw., termasuk kesedihan Umar ra. yang meledak-ledak dan mengangkat pedangnya,"Barangsiapa yang mengatakan Nabi wafat, maka aku pancung lehernya dengan pedang ini. Nabi saw meninggalkan kita selama 40 hari sebagaiman Musa as meninggalkan umatnya." Umar ra adalah sahabat yang dimuliakan Nabi saw. karena Nabi saw sendiri pernah mengatakan kepada Umar ra., "Seandainya Iblis mengetahui engkau melewati suatu jalan, dia akan lari dan memilih jalan yang lain karena takutnya kepadamu." Tetapi itulah fakta gambaran kesedihan yang mendalam dari seorang sahabat yang bernama Umar ra., seseorang yang cerdas dan rasional yang bertauhid kepada Allah swt. dan mengikuti sunnah Nabi saw., meskipun harus (terkesan) menghardik Hajratul Aswad dengan mengatakan, "Wahai batu, seandainya aku tidak pernah melihat Nabi saw menciummu, maka aku tidak akan menciummu." Itulah ketauhidan Umar ra. dan keutamaan perilaku beliau mengutamakan sunnah Nabi saw. Akan tetapi, ketika Umar ra mengetahui kabar kematian Nabi saw., beliau begitu sedih dan depresif, meledak-ledak, dan hampir-hampir menolak kenyataan. Kita memandang hal itu sebagai bentuk rasa kehilangan yang amat sangat, cermin rasa ingin selalu bersama Nabi saw., ketakutan tidak bisa lagi mendengar kabar gembira dari Nabi saw., harapan agar hidayah bisa secara langsung diperoleh melalui Nabi saw, dan kecintaan yang mendalam kepada Nabi saw.


Berbeda dengan Umar ra., Abu Bakr yang selesai mencium kening Nabi saw lalu ia keluar dari kamar Nabi saw. dan penuh ketenangan berpidato kepada umat agar kembali kepada agama yang lurus dan mengumumkan kabar wafatnya Nabi saw. Tidak bisa kita bayangkan betapa hancurnya hati beliau ketika mengumumkan itu, sedangkan Umar ra. yang sangat pemberani dan kuat serta merta pingsan mendengar ucapan Abu Bakr yang mengumumkan kematian Nabi saw. Sementara itu, Abu Bakr berdiri kokoh dengan hati yang hancur dan menerima kenyataan tentang wafatnya kekasih yang ia cintai itu.


Setelah wafatnya Nabi saw, Abu Bakr ash-Shidq dibaiat umat Islam (Muhajirin dan Anshar) sebagai khalifah karena Nabi saw secara tersirat dan tersurat telah mengamanahkan hal itu kepada mereka. Abu Bakr pernah diminta menjadi Imam shalat subuh pada tanggal 11 Rabiul Awal pada tahun 11 Hijriyah, atau tepatnya pada hari Minggu tanggal 8 Juni 632 Masehi. Ketika jamaah (makmum) shalat subuh di belakang Abu Bakr bergemuruh karena Nabi saw dipapah Fadhl bin Abbas dan Ali bin Abi Thalib as untuk ikut shalat subuh, Abu Bakr langsung mundur dari tempat imam shalat memimpin, lantas Nabi saw mendorong kembali, tetapi Abu Bakr tetap menolak, dan akhirnya Nabi shalat dengan duduk di samping Abu Bakr untuk mengimaminya dan Abu Bakr berdiri sebagai Imam kepada jamaah yang lain. Dengan santun Abu Bakr berkata kepada Nabi saw selepas shalat itu, "Bagaimana mungkin saya mampu menjadi imammu, wahai Nabi saw." Inilah isyarat jelas dari Nabi saw. tentang kedudukan Abu Bakr di sisinya, di dalam hati Nabi saw.


Setelah Nabi saw., wafat dan Abu Bakr memimpin sebagai khalifah selama lebih kurang dua tahun, berbagai riwayat menunjukkan perubahan perilaku Abu Bakr. Beliau lebih nampak murung, beliau sering terlihat menangis dan semakin lemah, dan beliau mengakui betapa kesedihan masih menerpanya setelah Nabi saw wafat. Hal itu semakin jelas setelah penyakit yang berat mendera Abu Bakr, dia enggan mengikut saran dari keluarga dan sahabatnya untuk berobat, bukan karena beliau tidak ingin sembuh, tetapi karena Allah swt. telah memberi ciri-ciri yang jelas tentang ajal yang akan datang menjemputnya. Ketika keluarga menyarankan beliau untuk berobat, Abu Bakr berkata, "Sesungguhnya tabibku sudah datang (memeriksaku)."


Betapa indah dan mulia jalinan persahabatan Nabi saw dan Abu Bakr-sebagaimana indahnya jalinan persahabatan Nabi saw. dengan Umar ra., Usman bin Affan, dan Ali karamallahu wajhah. Betapa bergembiranya Abu Bakr bertemu maut karena Allah mengobati kerinduannya untuk bertemu dengan kekasih yang ia rindukan selama dua tahun terakhir. Betapa riangnya hati Abu Bakr untuk berjumpa Nabi Muhammad pada usia wafat yang sama, yaitu usia 63 tahun. Betapa Nabi saw. dan Abu Bakr adalah dua sahabat kesayangan (khalil) yang saling merindukan dan mencintai, sedangkan Allah swt adalah tabib penyembuh kerinduan itu. Dan akhirnya Allah swt tetapkan takdir mereka berdua untuk bermukim di tanah yang sama, hanya beberapa langkah jarak yang memisahkan kubur dua kekasih ini.


Demi Kemurahan dan Kasih SayangMu Ya Allah Ya Fatah, masukkan kami ke dalam kelompok hambaMu yang penuh kegembiraan dan mencintai Nabi Muhammad saw., Abu Bakr ra., Umar ra., Usman ra., dan Ali ra. Ya Ghafur, maafkan semua kesalahan kami. Ya Mujib, beri kesehatan dan kesempurnaan beribadah bagi hambaMu yang berhaji dan berziarah ke makam dua KekasihMu itu pada tahun ini, berikan kesempatan berhaji kepada mereka yang membaca cerita ini, janganlah Engkau biarkan mereka wafat sebelum berhaji dan memenuhi panggilanMu, dan dengan keridhaanMu kami bermohon agar air mata keharuan, kegelisahan, dan kegundahan yang bergejolak di dalam hati ini bisa berkata dan mengutip ucapan Sayidina Abu Bakr ra., "Sesungguhnya tabibku sudah datang."

Amin Ya Fattah, Ya Wadudu Dzul Jalali wal Ikram.


(Sepenggal Catatan Menjelang Berangkat Haji tahun 2009 M/1430 H)


Tidak ada komentar:


Pembelian Buku dan Produk Lainnya Melalui Bahril Hidayat

Pembelian buku dan produk lainnya melalui Bahril Hidayat dapat dilakukan melalui email dan telepon ke ponselnya pada nomor 081918608195. Silakan menghubungi via email, sms, atau telepon untuk memastikan apakah buku yang dipesan masih ada atau tidak. Ongkos kirim disesuaikan dengan kota asal pembeli dari alamat suratnya (Yogyakarta). Untuk pembeli di wilayah Yogyakarta dapat membeli dan mengambil langsung ke alamat suratnya (lihat alamat penulis selama studi S2). Pembelian melalui Bahril Hidayat dibayarkan melalui rekening Bank Mandiri dan BCA.



Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelian buku dan produk lainnya melalui Bahril Hidayat silakan klik dan buka Datuk Hitam Online dan bacalah bagian Pemesanan Buku Melalui DH Online.