Kata Pengantar Bapak Djamaludin Ancok (2008)

KATA PENGANTAR
Prof. Drs. Djamaludin Ancok, Ph.D, Psikolog
(Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta)


Setelah membaca tulisan Bahril Hidayat dalam memoar keduanya ini, membuat kita makin menyadari bahwa pendekatan agama dan pendekatan ilmu pengetahuan itu semakin perlu dipadukan untuk peningkatan kualitas kehidupan dan kemaslahatan umat manusia. Selama ini selalu ada upaya untuk memisahkan antara agama dan ilmu pengetahuan. Ilmu adalah sesuatu yang bisa dibuktikan, dalil-dalilnya bisa diverifikasi oleh siapa saja dengan kajian ulang terhadap fenomena yang sama. Aliran positivisme dalam ilmu menuntut bahwa sebuah fenomena yang diteliti harus bisa diukur dan dikuantifikasi, serta diverifikasi oleh pihak lain. Oleh karena asumsi yang seperti ini maka tidak ada tempat bagi agama untuk memasuki ilmu pengetahuan, kecuali kalau agama itu dijadikan sebuah obyek penelitian.


Fenomena Psikosis (skizofrenik) adalah sebuah produk kajian ilmu pengetahuan. Ilmuwan berusaha mengklasifikasi manusia dalam dua fenomena besar, yakni normal (sehat) dan abnormal (sakit). Sejalan dengan pemikiran ini dalam psikologi ada cabang psikologi yang namanya psikologi abnormal. Psikosis adalah penyakit jiwa yang dijadikan obyek kajian dalam psikologi abnormal. Implikasi dari proses pengkategorian manusia ke dalam normal dan abnormal ini menstimulasi ilmuwan untuk mencari faktor-faktor yang mendukung fenomena abnormalitas ini. Halusinasi adalah contoh faktor yang dianggap sebagai bagian penting dalam pengkategorian orang ke dalam kategori abnormal (psikosis). Psikolog dan psikiater akan menggunakan halusinasi sebagai penentu seorang itu masuk dalam kategori sehat atau kategori sakit. Ini adalah paradigma psikologi klasik yang selalu melihat manusia dari sisi negatif.


Kini para psikolog dan beberapa ilmuan lainnya mulai menyadari bahwa adalah tidak lengkap kalau kita hanya melihat manusia dari sisi negatif. Dipelopori oleh seorang psikolog terkenal Martin Seligman, mulailah dikembangkan aliran psikologi positif (Positive Psychology). Buku-buku aliran psikologi positif bermunculan dimulai dari karya Martin Seligman yang berjudul “Learned Optimism: How to Change your Mind and Your Life” terbitan tahun 1990 yang kemudian diikuti dengan banyak buku yang menekankan sifat dan sikap optimis melihat kehidupan ini. Sejalan dengan buku ini muncul banyak buku yang antara lain berjudul A Psychology of Human Strength (Aspinwall & Staudinger, 2003, Authentic Happiness (Selgman, 2004), Positive Psychology in Practice (Linley & Joseph 2004), Character Strength and Virtues (Petersen & Seligman, 2004). Kehadiran pendekatan baru psikologi ini akan menarik sekali bagi pengkajian fenomena halusinasi seperti yang dialami oleh Bahril Hidayat dalam kehidupannya.


Kalau dilihat dari kajian Psikologi Negatif (Abnormal), dan Psikologi Positif (Human Strength), halusinasi yang dialami oleh penulis (Bahril Hidayat) akan menjadi penyebab penyakit makin parah (Paradigma Psikologi Negatif) atau penyembuh bagi penderita (Paradigma Psikologi Positif). Dari dialog yang dimunculkan oleh Bahril Hidayat dan Terapis (psikolog & psikiater) yang mengobatinya secara psikologis dan medis kita dapat melihat betapa keinginan untuk menceritakan mimpinya sebagai sesuatu yang positif dari segi agama, tetapi telah dilabel secara negatif oleh terapisnya. Impian Bahril yang bernuansa fenomena keagamaan telah diberi label sebagai halusinasi pertanda kehadiran gangguan kejiwaan. Jika diinterpretasi secara negatif seperti ini maka impian yang dapat menimbulkan sikap optimisme yang mengarahkan pada kesembuhan akan menjadi sumber tekanan batin bagi penderita. Fenomena ini dengan sangat bagus digambarkan oleh Bahril Hidayat pada Bagian Ketiga dari Memoar ini.


“Kamu jangan percaya mimpi itu. Itu bagian dari gejala penyakit kamu,” ungkap Dokter Anna, psikiaterku.

“Kenapa begitu, Dok?”

“Kamu sendiri kan tahu tentang interpretasi mimpi dari sudut pandang psikologi. Atau mimpi itu juga bisa berasal dari angan-angan kosong kamu sendiri.”

“Tapi dalam Islam mimpi itu bisa juga berupa hidayah dari Allah,” tegasku.

“Bahril…”

“Kalau wali Allah wajar mendapatkan mimpi yang bersifat hidayah.”

Uppss. Satu kalimat yang betul-betul membuat aku terpojok. Kalimat itu betul-betul menghina eksistensiku sebagai mantan pengguna narkoba dan penderita psikosis. TIDAK LAYAK MENERIMA HIDAYAH!


Dalam aliran Psikologi Positif setiap harapan adalah hal yang bagus sekali bagi kemaslahatan hidup manusia. Harapan (hope) ini akan menjadi sumber kekuatan kejiwaan manusia untuk menjadi lebih sempurna. Tapi kalau impian yang bernuansa keagamaan itu dianggap negatif (karena yang bisa bermimpi ketemu Nabi itu hanya hak mutlak yang diberikan pada ulama bukan pada penderita psikosis) maka jatuhlah vonis yang akan memperparah gangguan kejiwaan pada penderita.


Tulisan Bahril Hidayat yang merupakan penuturan pengalaman hidupnya sewaktu menyandang label penderita psikosis sangat menarik untuk dibaca, bukan hanya oleh orang awam tetapi oleh para pakar penyembuh gangguan jiwa seperti psikiater dan psikolog yang beraliran Psikologi Negatif. Dalam dialog yang dipaparkan dalam buku ini kita melihat betapa sebagian pakar mengabaikan apa yang dikatakan oleh kitab suci al-Qur’an. Dalam Surah Yunus ayat 57 Allah swt. berfirman sebagai berikut.

Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”


Ayat lain yang ada dalam Al-Quran adalah “Ketahuilah, hanya dengan berdzikir (ingat pada Allah) hati akan menjadi tenteram. (QS ar-Ra’du: 28). Ayat ini menekankan peran dzikir kepada jiwa manusia sebagai aspek yang menentukan ketenteraman dan kebahagiaan hidup yang hakiki.


Semoga tulisan Bahril Hidayat ini akan menjadi perangsang agar kita semakin berusaha untuk memahami peranan agama dalam kesehatan jiwa. Semoga paradigma psikologi abnormal semakin mengakomodasi paradigma agama yang sangat sejalan dengan Paradigma Psikologi Positif bahwa optimisme dan harapan itu adalah salah satu kekuatan bagi penyembuhan dan penumbuhan karakter manusia yang unggul.


Referensi:

  1. Aspinwall, L.G & Staudinger, U.M. (Eds.) A Psychology of Human Strength. New York: APA, 2003
  2. Linley, A & Joseph, S. (Eds.). Positive Psychology in Practice. New York: John Wiley & Sons, 2004
  3. Peterson, C. & Seligman, M.E.P. (Eds.) Character Strength and Virtues. Oxford: Oxford University Press, 2004.
  4. Seligman, M.E.P . Learned Optimisme: How to Change Your Mind and Your Life. New York: Pocket Books, 1990.
  5. Seligman, M.E. Authentic Happiness, New York: Double Day, 2004

Tidak ada komentar:


Pembelian Buku dan Produk Lainnya Melalui Bahril Hidayat

Pembelian buku dan produk lainnya melalui Bahril Hidayat dapat dilakukan melalui email dan telepon ke ponselnya pada nomor 081918608195. Silakan menghubungi via email, sms, atau telepon untuk memastikan apakah buku yang dipesan masih ada atau tidak. Ongkos kirim disesuaikan dengan kota asal pembeli dari alamat suratnya (Yogyakarta). Untuk pembeli di wilayah Yogyakarta dapat membeli dan mengambil langsung ke alamat suratnya (lihat alamat penulis selama studi S2). Pembelian melalui Bahril Hidayat dibayarkan melalui rekening Bank Mandiri dan BCA.



Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah pembelian buku dan produk lainnya melalui Bahril Hidayat silakan klik dan buka Datuk Hitam Online dan bacalah bagian Pemesanan Buku Melalui DH Online.